Selasa, 16 Agustus 2011

3 Penyumbat Produktivitas


Merasa delapan jam sehari nggak cukup untuk mengerjakan tugas kantor? Jangan langsung menuduh bos memberikan tugas terlalu banyak, ah. Bisa jadi, kesalahan justru ada di pihak kita, tuh. Setidaknya, ada 7 hal sepele yang mungkin sering kita lakukan dan terbukti bisa menghambat produktivitas.

  1. (Keseringan) update Twitter
Mentang-mentang nggak diblokir kantor, bukan berarti kita perlu online sepanjanghari. Kalau memang nggak bisa lepas dari jeratan situs-situs yang nggak ada hubungannya dengan pekerjaan, setidaknya batasi dalam sehari hanya 3x: sebelum kerja, setelah makan siang, dan sebelum pulang.

  1. 'Meja kapal pecah'
Maksudnya:berantakan banget! Akibatnya kita memerlukan waktu lebih buat mencaridokumen yang diperlukan. Begitu juga bila kita asal-asalan menyimpanfiledi komputer. Sebaiknya susun file dalam folder yang sudah dibagi berdasarkan kategori biar mudah ditemukan. Jangan lupa membuat backupfile, jadi nggak perlu panik bila sewaktu-waktu datanya rusak atau hilang.

  1. Perut (terlalu) kenyang
Harumnya aroma sate ayam, bebek goreng, hingga sotomie sering bikin kita kalappas istirahat makan siang. Padahal bila makan berlebih sampai kekenyangan, oksigen di otak akan 'lari' ke perut untuk membantu proses pencernaan. Akibatnya, kita jadi mengantuk dan nggak fokus bekerja, deh. 

Trik Ampuh Lolos Psikotes

Malam sebelum psikotes, luangkan waktu istirahat dan tidur yang cukup. Hal ini dibutuhkan agar kondisi tubuh cukup prima—psikotes biasanya berlangsung seharian. Kebugaran akan mempengaruhi konsentrasi.
Pada hari-h, berangkatlah lebih awal. Selain mencegah terlambat, kita jadi memiliki waktu untuk menyesuaikan diri dengan lokasi psikotes.


Berdoalah sebelum mulai, sehingga lebih tenang dalam mengerjakan.


Jangan lupa sarapan, agar memiliki stamina kuat untuk menjalani seluruh proses.


Sebelum mulai, sebaiknya ke kamar kecil dulu karena biasanya di tengah-tengah tes nggak diperbolehkan meninggalkan tempat. Jadi, konsentrasi nggak terganggu cuma gara-gara kebelet, he he he.


Dengarkan baik-baik petunjuk yang disampaikan pengawas. Pastikan kita memahami apa yang harus dilakukan sebelum mulai mengerjakan. Jika ada yang nggak dimengerti, jangan malu untuk bertanya kepada pengawas sebelum tes dimulai.


Jawab pertanyaan apa adanya—nggak dibuat-buat. Yakin pada kemampuan sendiri, nggak perlu melirik jawaban peserta lain.

Apa Yang Diukur Oleh Psikotes?


Sebenarnya apa, sih, yang dilihat perusahaan dari psikotes? Lalu, sejauh mana psikotes mempengaruhi keputusan perusahaan untuk merekrut kita?

Psikotes atau yang istilah kerennya disebut psychologicalassessment merupakanproses pengumpulan dan pengintegrasian data individu dengan tujuan melakukan evaluasi psikologis. Proses ini menggunakan alat bantuseperti tes, wawancara, studi kasus, observasi, dan prosedurpengukuran lain.
Jikadikaitkan dengan tujuan seleksi pekerjaan, psikotes merupakan prosesuntuk melihat apakah ada kesesuaian dari karakter individu denganpersyaratan jabatan atau pekerjaan. Sehingga nantinya pelamar yangditerima memang merupakan orang yang paling tepat dengan jabatanatau pekerjaan yang dituju. Istilahnya: theright man in the right place.

Misalnya untuk posisi accounting,perusahaanakan mencari individu yang memiliki tingkat ketelitian kerja dan dayatahan tinggi. Sementara untuk posisi marketing,perusahaanakan mencari individu yang menyukai kerja lapangan, suka bertemuorang lain, suka tantangan, motivasi kerja tinggi, dan memilikiinisiatif kerja yang baik.
Jadibagi kita yang cenderung introvert,nggakusah heran, deh, kalau gagal terus pas melamar posisi marketing.Karakterkita nggak sesuai dengan karakter pekerjaan, sih....

Apayang diukur?
Ada tiga hal utama yang digali dari individu saatpsikotes, yaitu:

Aspek kemampuan
Misalnyakemampuan analitis dan sintesis (daya nalar) dalam pemecahan masalah,kemampuan hitungan, pengetahuan umum, dll.

Aspek sikap kerja
Misalnyakecepatan kerja, ketelitian, daya tahan terhadap tekanan (stres),ketekunan, keteraturan dalam bekerja, dll.

Aspek kepribadian
Misalnyakepemimpinan, kerjasama, kematangan emosi, kepercayaan diri,penyesuaian diri, keterampilan interpersonal, motivasi, dll.

Kenapa tesnya berbeda-beda?
Adabanyak variasi alat tes. Tentunya, masing-masing alat tes mengukursuatu hal yang spesifik. Psikolog atau biro psikologi akanmenggunakan alat tes yang dirasa sesuai kebutuhan. Karena itu, tiapperusahaan bisa menggunakan kombinasi alat tes yang berbeda.

Hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar, karena bisasaja jobrequirementyang dibutuhkan berbeda meski jabatannya sama. Misalnya,kompetensi yang dibutuhkan manajer HRD di perusahaan media berbedadengan manajer HRD di perusahaan minyak.

Selain itu, standar yang dibutuhkan setiap perusahaan juga berbeda.Contohnya, nih, nilai 7 pada aspek kepemimpinan di perusahaan Xdianggap cukup untuk menjalani tugas sebagai manager. Sementara diperusahaan Y, standar minimal untuk menjadi manager adalah nilai 8.

Biasanya,perbedaan tersebut juga dipengaruhi karakteristik dan budayaperusahaan. Antara perusahaan lokal vs multinasional, perusahaan kotakecil vs kota besar, maupun perusahaan industri vs jasa, kebutuhannyatentu berbeda, dong. Karena itu, kombinasi psikotesnya pun berbeda.

Trik Agar Disukai Pewawancara


Ada beberapa cara membuat pewawancara jatuh hatipada kita:


Kadar senyum: pas!
Benar,bersikap ramah dan pasang tampang bersahabat itu perlu, tapi bukanberarti kita malah mengobral senyum selama wawancara berlangsung.Selain menunjukkan grogi dan kurangnya rasa pede, kebanyakan senyumjuga membuat pewawancara menilai kita 'palsu'—masa, sih, tetapsenyum saat lagi dipaparkan beratnya jobdescription posisiyang kita lamar.
Intinya,senyumlah di saat yang tepat, misalnya saat pewawancara ngajakbercanda.


Stop mengisi jeda
Ditengah-tengah wawancara, kadang suka ada jeda kosong di mana kita danpewawancara sama-sama diam nggak bersuara, misalnya saat pewawancaralagi mengecek CV. Rasanya memang kurang nyaman—bikin salting gitu,deh. Tapi, nggak perlu merasa berkewajiban mengisi jeda itu denganobrolan, apalagi bila topiknya nggak mutu dan terkesan basa-basi.
Jikamemang nggak tahan untuk cuap-cuap, pilih topik serius danberhubungan dengan bidang pekerjaan yang dilamar.


Nggak keringetan
Percumakita sudah dandan cantik dan berpenampilan rapi jika saat wawancaramalah heboh menghapus keringat di jidat. Ingat, perusahaan mencarikaryawan, bukan personaltrainer—kecualimelamarnya ke fitnesscenter.

Cara Menolak Mutasi

Anda termasuk yang ingin menolak mutasi? Bisa-bisa saja, asal alasannya masuk akal dan meyakinkan, seperti:
  • Saya kurang berpengalaman...”
Ini hanya berlaku bagi kita yang dimutasi untuk memegang posisi dan tanggung jawab lebih tinggi di tempat baru. Kasih alasan bila kitamerasa belum cukup pengalaman untuk mengemban tugas tersebut dan masih banyak hal yang perlu kita pelajari di kantor sekarang.
Biasanya, sih, atasan lebih mudah menerima jika alasan kita berhubungan dengan kinerja, dibanding alasan yang sifatnya pribadi seperti nggak berani pindah sendirian ke kota lain.

  • Saya harus menjaga ortu.”
Jika ortu lagi sakit, utarakan saja. Katakan pada atasan atau HRD, bahwa kita adalah orang yang diandalkan di rumah untuk merawat ortu, membeli obat, mengantar ke rumah sakit, dan lainnya.
Sebaliknya jika ortu sehat, ya, jangan diaku-aku sedang sakit (nanti malah kejadian, ah). Mending, utarakan bahwa ortu sudah tua dan kita takut terjadi apa-apa jika meninggalkan mereka berdua saja di rumah—jangan lupa ngibul, seolah semua kakak-adik kita ada di luar kota.

  • Saya mau menikah!”
Syaratnya: orang-orang kantor tahu bahwa kita memang punya pacar—syukur-syukur si dia memang sudah melamar atau setidaknya ada niat serius. Jika atasan bertanya kapan tanggal pernikahannya, bilang saja masih dibicarakan oleh pihak keluarga.

Populer di Kantor Baru

Kecuali kita secantik model atau anak bos, kemungkinan untuk langsung populer di kantor baru memang kecil. Tapi, bukan berarti mustahil.
Tanpa bermaksud sok eksis, banyak keuntungan lain yang bisa diperoleh jika kita populer di kantor. Misalnya, nih, kita jadi nggak segan meminta bantuan saat mengalami kesulitan.
Cukup dengan beberapa trik, kita bisa, kok, cepat dikenal oleh para 'penghuni' lama.

Kenali Si Populer
Dalam waktu kurang dari seminggu, biasanya kita sudah bisa mengenali siapa si populer di kantor. Ada yang populer karena prestasinya, ada yang populer karena kelakuan minusnya, ada juga yang populer karena supel. Saran CC, nih, dekati yang supel. Kenapa? Karena tipe ini biasanya punya banyak teman—bahkan dari divisi berbeda. Berteman dengan tipeini otomatis membuka peluang kita kenal lebih banyak orang.

Gabung Makan Siang
Pas jam makan siang, jika melihat ada rombongan mau berangkat makan, bertanyalah pada mereka apakah kita boleh gabung. Kalau belum pede gabung ke kelompok besar, minimal gabung ke rekan yang duduknya bersebelahan dengan kita, deh. Yang penting, usahakan makan siang dengan rekan baru, jangan malah melipir sendirian.

Sogokan Perut
Cari tahu ke sekretaris, jenis makanan apa yang biasanya disukai rekan satu divisi. Lalu, jangan pelit keluar modal untuk membeli makanan tersebut dan meletakkannya di meja umum. Jika nggak ada meja umum, letakkan saja di meja kita, sambil menawarkan setiap orang untuk mengambilnya. Nggak perlu makanan mahal, sekadar cemilan ringan juga akan meninggalkan kesan, kok. Dari perut turun ke hati, kan.

Hindari Menjadi Public Enemy No. 1

Mengontrol pikiran rekan kerja pastinya sulit. Lebih baik kita benahi dulu perilaku yang kurang menyenangkan. Siapa tahu selama ini kita sering melakukan sesuatu yang bikin sebal orang lain, seperti: 
 
1.Komentar mulu!
Senang menganalisa segala sesuatu membuat diri kita terlihat sok tahu di mata rekan kerja. Nggak perlu, deh, mengomentari pakaian orang lain kalau memang Anda sendiri nggak modis. 


2.Sok serius
Anda datang terlambat, mengambil jam makan siang ekstra panjang, dan baru bekerja serius di atas pukul 14.00. Anda pun ingin semua orang ngeh bahwa Anda meninggalkan kantor di atas pukul 17.00. Ternyata sikap ini nggak bakal bikin siapa pun terkesan. 


3.Tukang gosip
Infotainment kalah update dibanding info yang Anda miliki. Tapi, nggak semua hal harus disebarkan kepada rekan kerja. Sebelum kehilangan kepercayaan teman, belajar menyimpan rahasia dulu, deh.


5.Devil’s advocate
Paling doyan, tuh, punya pendapat beda dari rekan kerja. Bisa dapat teman debat, sih. Please, deh, semua orang capek menghadapi Anda yang siap ‘menantang’ mereka hanya untuk membuktikan kehebatan Anda. 


6.“Eh, tahu nggak…”
Jika Anda termasuk orang yang senang mengobrol, sebaiknya segera hentikan niat tersebut saat rekan kerja cuma memberikan komentar, “Oh… iya, ya?” Mereka memberikan tanggapan standar karena tidak tertarik pada topik yang Anda lontarkan, tuh.

Jumat, 05 Agustus 2011

Tips Wawancara untuk Lolos Melamar Pekerjaan


Dalam proses seleksi melamar pekerjaan, wawancara sering kali dianggap mudah. Namun dalam sesi wawancara beberapa orang gagal mendapatkan pekerjaan yang didambakannya. Untuk itu sesi wawancara harus dipersiapkan dengan sunguh-sungguh.
Berikut tips rahasia sukses wawancara saat melamar pekerjaan;
1. Berapa gaji yang Anda minta?
Jawab: Sebutkan gaji yang besarnya realistis. Lihat mata pewawancara, sebutkan jumlah, dan berhentilah bicara. Jangan bohong tentang gaji yang Anda terima di kantor sebelumnya, bila Anda sudah bekerja. Bila Anda merasa bahwa gaji Anda di kantor yang sekarang terlalu kecil, berikan penjelasan.
2. Apa kelebihan utama Anda?
Jawab: Pilih potensi Anda yang relevan dengan bidang pekerjaan yang Anda lamar. Hindari respons yang generik seperti pengakuan bahwa Anda pekerja keras. Lebih baik, berikan respons berupa, “Saya selalu diperbudak daftar pekerjaan yang saya buat sendiri. Sebab, saya tidak mau pulang sebelum pekerjaan di kantor beres semua.”
3. Apa kekurangan Anda yang paling jelas?
Jawab: Jangan bilang Anda seorang perfeksionis (menunjukkan bahwa Anda sombong). Lebih baik, jujur saja dan sebutkan kelemahan yang kongkret. Misalnya, Anda lemah menghitung di luar kepala, dan karenanya Anda mengatasinya dengan membawa kalkulator. Tapi, kemudian, susul dengan kelebihan Anda.
4. Di mana Anda melihat diri Anda lima tahun lagi?
Jawab: Gambarkan posisi yang realistis. Kira-kira dua-tiga posisi di atas posisi yang Anda lamar sekarang. Jangan sertakan cita-cita yang tak ada hubungannya dengan lamaran pekerjaan Anda, misalnya, ingin jadi bintang sinetron atau jadi novelis. Sebab, Anda akan tampak tidak fokus.
5. Mengapa Anda ingin meninggalkan kantor yang lama?
Jawab: Jangan sampai mengemukakan hal yang negatif. Kalau kenyataannya begitu, ucapkan dalam kalimat ‘positif’, misalnya bahwa Anda tidak melihat ada ‘ruang’ di mana Anda bisa berkembang. Lalu, jelaskan mengapa Anda menganggap bahwa pekerjaan di kantor baru ini memberi kesempatan yang lebih baik.
6. Adakah contoh kegagalan Anda?
Jawab: Ungkapkan kegagalan yang pernah Anda alami, tapi yang sudah terpenuhi solusinya. Supaya, pewawancara tahu bahwa Anda punya usaha untuk mengatasi masalah
7. Apakah Anda punya pertanyaan?
Jawab: Berikan paling sedikit dua pertanyaan yang terfokus pada kantor baru ini. Misalnya, Anda bertanya apakah kantor ini sudah punya website. Atau, bisa juga Anda mempertanyakan kehadiran CEO yang Anda tahu baru saja diangkat – apakah membuat kinerja perusahaan semakin baik, dan semacamnya. Jangan bertanya tentang kepentingan Anda sendiri, misalnya, apakah karir Anda akan berkembang di sana.

Apa yang menjadikan seseorang selalu sukses untuk menggapai impiannya? Tampil beda dan memiliki keunggulan komperatif mungkin salah satu yang menjadikan Anda selalu berada di dalam posisi terdepan!

Termasuk dalam meraih karier dan mengungguli orang lain dalam mencari pekerjaan yang sesuai. Ada beberapa trik atau strategi yang perlu disiapkan agar Anda sukses dalam melewati tahapan untuk mengejar karier yang diidam-idamkan.
Modal nekat saja, pasti tak cukup.. Di sini juga anda bisa menemukan beberapa lowongan kerja yang mungkin tak ada salahnya jika anda mencobanya. 

Selasa, 02 Agustus 2011

Jangan Ragu Memilih Profesi "Chef"


Acara-acara kompetisi memasak sepertiMasterchef atau Top Chef yang makin digemari saat ini secara tak langsung mengangkat profesi seorang chef. Jika dulu chef hanya berkarya di "belakang layar", alias di dapur, kini chef menjelma menjadi selebriti yang dikagumi banyak orang. Bahkan, muncul pula istilah seperti celebrity chef, yang maknanya kurang lebih chef yang punya acara di televisi. Contohnya adalah Farah Quinn, Haryo Pramoe, atau Rinrin Marinka.
Namun Cristophe Megel, Chief Executive Officer (CEO) At-Sunrice, salah satu Chef Academy di Singapura mengatakan, alternatif profesi chef sebetulnya bisa lebih beragam dari sekadar menjadi celebrity chef.

"Anda bisa membangun restoran sendiri, seperti seorang alumni saya yang bernama Budi Kurniawan," ujar Chef Megel saat berkunjung ke Hotel Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta, Minggu (29/5/2011) lalu. Budi Kurniawan adalah alumni At-Sunrise dari Indonesia yang kini menjadi salah satu pemilik restoran Munchies and Bar di Gandaria City, Jakarta.
Selain menjadi pengusaha restoran, lulusan Chef Academy juga bisa menjadi wartawan atau food stylist untuk gourmet magazine. "Irene Reteno, alumni dari Indonesia dan Arref Rusli dari Malaysia, sekarang menjadi jurnalis di Cuisine and Wine magazine," tambah Megel, sambil menunjukkan foto-foto alumninya dan menceritakan profesi yang kini dijalani para alumni tersebut.

Anda juga bisa menjadi customer service untuk perusahaan yang bergerak di bidang makanan, menjadi penulis buku resep dan tips memasak, menjadi pengajar, bahkan menjadi pemilik tempat kursus memasak. Selain bekerja untuk bidang atau lembaga komersial, chef juga bisa memilih lingkup pekerjaan yang sifatnya untuk membantu orang lain. Misalnya, menjadi pemandu nutrisi untuk rumah sakit.

Bila kemampuan Anda sudah mumpuni, dan Anda memiliki networking yang luas, bukan tak mungkin Anda akan dilirik orang-orang penting untuk direkrut sebagai private chefPrivate chef, seperti Adhika Maxi, kini banyak diundang para pengusaha atau pejabat yang ingin membuat jamuan makan pribadi di rumahnya.

Nah, bila Anda mempunyai hobi memasak, jangan ragu untuk mulai melirik profesi juru masak profesional ini. Agar kemampuan dan pengetahuan Anda tentang dunia memasak semakin baik, pilih sekolah kuliner atau culinary academy. Chef Megel menyarankan agar Anda mencari sekolah chef yang memiliki standar internasional. Sebab di sekolah-sekolah seperti ini Anda bisa memelajari teknik memasak untuk hidangan-hidangan khas dari berbagai negara di dunia.

"Pastikan agar sekolah chef yang dipilih merupakan sekolah yang sangat memperhatikan kualitas. Ini bisa dilihat dari gedung sekolahnya, fasilitas yang dimiliki, kebersihan, juga kerja sama dengan berbagai pihak seperti hotel untuk kerja praktek dan perekrutan chef," ungkap Chef Megel.

Kerja sama pihak sekolah dengan perusahaan penyedia bahan baku makanan juga bisa menjadi bahan pertimbangan apakah sekolah tersebut sangat mengutamakan kualitas makanan yang akan disajikan selama masa pendidikan.
Di luar itu semua, Chef Megel menambahkan agar calon siswa mengetahui siapa pemilik sekolah chef yang akan dipilih. Penghargaan apa saja yang telah didapatkan oleh sekolah chef tersebut, dan apa saja jurusan atau program studi yang tersedia. Dengan berbekal informasi yang lengkap semacam ini, pilihan Anda akan sekolah yang dituju menjadi lebih terarah.

Sudahkah Anda Memiliki Inteligensi Kolektif?


Seorang teman yang bertanggung jawab menangani divisi sumber daya manusia di sebuah universitas, mengeluhkan betapa para ilmuwan, dosen, bahkan profesor, sangat sulit bekerja sama. Teman lain, yang bekerja di rumah sakit, ternyata mempunyai keluhan yang sama.
Di satu sisi organisasi berjuang keras untuk mendapatkan individu terbaik dan terpintar, namun di sisi lain saat orang-orang pintar ini berkumpul, proses diskusi malah menjadi lebih alot dan bahkan bisa tidak menghasilkan apa-apa. Bukankah kita memang sering merasakan bahwa kerja tim malahan bisa jadi tidak lancar bila beranggotakan orang-orang pintar?
Dalam kesebelasan sepak bola, kumpulan para bintang bisa tidak membentuk tim yang hebat. Tim elit top manajemen perusahaan yang berisi orang-orang pintar pun seringkali punya masalah untuk bersinergi. Bukankah tim Obama juga disebut sebagai “too many brains team”, namun kerap dikritik karena lamban dalam mengambil keputusan? Bagaimana kita menyikapi dan menyiasati hal ini?

Usaha untuk memperkuat koordinasi, menebalkan kohesi serta sinergi terus-menerus kita dengar dan bicarakan. Berbagai program pelatihan, camp dan outbound dilakukan agar individu lebih bersatu dan saling memahami satu sama lain. Namun, tetap banyak yang mengeluhkan betapa sinergi tetap saja seolah tertahan dan tidak terjadi.
Tidak jarang terjadi, dalam sesi-sesi brainstorming yang dilakukan orang-orang pintar, ide-ide yang muncul seringkali terasa tertahan dan bahkan basi. Kinerja kolektif yang di atas kertas semestinya lebih baik dari rata-rata kehebatan masing-masing individu, malahan berkinerja di bawah rata-rata. Sebaliknya, ada kelompok yang anggotanya biasa-biasa saja, namun ketika membentuk tim malah bisa menghasilkan prestasi luar biasa yang bahkan membuat kejutan bagi anggotanya sendiri.
Apa rahasianya sehingga sebuah tim, apalagi tim yang terdiri atas para bintang, bisa menunjukkan kinerja kinclong dan smart? Bagaimana menumbuhkan kekuatan “collective intelligence” yang disebut-sebut bisa melipatgandakan prestasi dan menjadi faktor kunci dari keberhasilan suatu tim dan organisasi?

Kolaborasi dan peduli

Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa kinerja sebuah kelompok dalam membuat tugas semacam puzzle,brainstorming, dan negosiasi, lebih baik daripada hasil kerja masing-masing individunya. Ketika diteliti lebih jauh, ternyata kekuatan yang dihasilkan oleh kelompok tidak banyak kaitannya dengan kohesi, kedekatan interpersonal, motivasi, maupun kepuasan individu, namun lebih dipengaruhi faktor care atau kepedulian. Setiap individu tidak hanya peduli pada keberhasilan tugas dan peran pribadinya, namun ingin rekannya juga berhasil. Bila kegiatan team-building dan outbound yang dilakukan baru semata mempererat kohesi, merekatkan hubungan interpersonal kelompok, namun belum menyentuh suasana hati dan ego dari masing-masing individu, kita tidak bisa berharap banyak bahwa kegiatan itu akan betul-betul bisa membawa dampak positif sekembalinya mereka ke tempat kerja.

Orang-orang yang cerdas dan berprestasi kita lihat mempunyai kemauan yang keras. Selain itu, individunya juga sangat percaya pada prinsip dan pendapatnya sendiri. Ini adalah kekuatan, namun sekaligus berpotensi menjadi sumber perpecahan dalam kelompok. Hanya bila individu menyadari kekuatan dan peran dirinya, sambil melihat kekuatan dan peran orang lain, kemudian terbuka mata dan pikirannya untuk berkolaborasi mencapai tujuan bersama, barulah bisa timbul percikan sinergi. Kuncinya adalah kesadaran bahwa tidak ada anggota tim yang bisa sukses tanpa memastikan kesuksesan orang lain. Jadi tugas kita adalah membuat orang lain bisa melakukan perannya dengan baik dan membuat orang lain terlihat baik, bukan malah menjatuhkannya. Ini tentu keyakinan yang perlu dibangun dengan fokus pada tujuan bersama dan keberhasilan bersama.

Terobos dinding ego
Dalam suatu perusahaan, individu-individu yang berkinerja bagus dipromosikan menjadi direksi. Di luar dugaan, tim yang tadinya solid ini malahan tiba-tiba tidak menghasilkan kinerja yang cemerlang lagi. Walaupun tidak berkonflik terbuka, terasa hubungan menjadi dingin dan setiap individu terkesan tetap bersikeras dengan gaya dan keahlian masing-masing. Suasana terasa hambar, bahkan enggan berkomunikasi satu sama lain. Ketika tim menemui jalan buntu dan akhirnya masing-masing berkesempatan membuka hati, barulah hubungan mencair dan komunikasi menjadi lebih tulus untuk bersatu dan menolong satu sama lain. Ternyata, individu yang berprestasi pun perlu juga digelitik kepekaan sosialnya, sehingga kembali bisa melihat lebih obyektif dan lebih mampu mendengar lebih aktif.

Teman saya berkomentar, “Orang-orang pintar, biasanya egonya juga sama-sama kuat.” Benarkah ini? Kita memang kerap melihat bahwa kerasnya ego individu bahkan mewarnai berbagai konflik skala nasional yang disorot media, entah itu kisruh PSSI, perseteruan anggota dewan yang terhormat, atau juga di jajaran kabinet. Bisa jadi, karena ego pribadi masih mendominasi, collective intelligence jadi sulit terwujud.
Dari sinilah kita bisa melihat bahwa individu yang inteligen belum tentu bisa membangun inteligensi kolektif. Individu yang mampu menumbuhkan inteligensi kolektif biasanya menjaga kepekaannya, banyak memperhatikan kebutuhan orang lain, berusaha tidak mendominasi pembicaraan walaupun sebenarnya ahli dalam topik pembicaraannya, sambil benar-benar mendekatkan hatinya dengan tim.

Dengan individu-individu yang berprestasi, dialog satu sama lain sangat penting, baik itu formal dan informal. Perlu ada keterbukaan yang tulus. Kita bisa membicarakan tugas atau proyek tertentu, tetapi spirit untuk menjaga kebersamaan perlu berakar di dasar kepribadian individu. Kita tidak bisa lagi memandang aspek emosional sebagai aspek penghambat prestasi. Justru pada orang yang sudah berprestasi, aspek emosilah yang mempengaruhi mental dan spiritnya. Itulah sebabnya pemimpin dari kelompok berprestasi ini selalu menggunakan pendekatan kembar, yaitu tugas dan hubungan interpersonal. Hanya melalui pendekatan yang dalam inilah trust bisa dikembangkan, berdampingan dengan good-will organisasi.

Cara Agar Presentasi Mampu Memikat Audience


Presentasi menjadi hal yang menakutkan bagi sebagian orang. Dasar masalahnya adalah pada ketidakmampuan melakukan public speaking, ditambah dengan penguasaan materi yang kurang atau ketidaksiapan dalam menyusun bahan presentasi itu sendiri. Padahal, presentasi dapat berjalan efektif selama Anda mempersiapkannya dengan matang. Berikut adalah langkah-langkah menyiapkan presentasi:

1. Persiapan dapat dimulai dengan mengenali audience yang akan menyimak presentasi Anda. Mengenali audience dapat membantu Anda menyiapkan bentuk komunikasi yang akan Anda pilih untuk menyampaikan pesan.

2. Setelah itu, pikirkan poin-poin paling penting yang wajib Anda sampaikan kepada audience. Masukkan poin-poin tersebut ke dalam slide presentasi, dan imbangi dengan visual seperti gambar atau video. Perlu diingat, sampaikan hanya satu ide untuk satu slide presentasi agar audiencefokus pada poin yang ingin Anda tekankan.
Dalam satu slide, tampilkan maksimum 7 sampai 8 kalimat saja. Semakin sedikit teks, maka akan semakin menarik presentasi Anda. Gunakan ukuran atau jenis huruf yang berbeda jika Anda ingin audience mengingat pesan yang menurut Anda penting.

3. Persiapan juga bisa dilanjutkan dengan mengatur waktu presentasi sesuai dengan waktu yang disediakan oleh klien, atau oleh panitia jika presentasi berbentuk lomba. Bagi waktu dengan baik untuk menyiapkan alat-alat pendukung, waktu untuk memperkenalkan diri, waktu untuk inti presentasi, dan waktu untuk sesi tanya-jawab.

4. Jangan lupa untuk membuka presentasi dengan memperkenalkan diri dan menutup presentasi denganmenyampaikan kesimpulan. Kata-kata untuk pembuka dan penutup presentasi ini juga harus disiapkan. Inti dari presentasi adalah menjual. Apakah menjual produk, konsep, ide, atau bahkan diri Anda sendiri. Maksud menjual di sini adalah bahwa presentasi membantu Anda memperkenalkan diri Anda, produk, dan ide, kepada calon investor ataupun klien agar tertarik untuk bekerja sama.

Dalam hal percaya diri, Tjandra menyarankan agar hadir 15 menit sebelum presentasi agar dapat mempersiapkan alat dan bahan presentasi dengan baik, sehingga tidak terburu-buru saat akan tampil. Persiapkan segala pendukung presentasi selengkap mungkin untuk memperkecil resiko kesalahan yang bersifat teknis seperti listrik mati, slidemacet, dan lain sebagainya.

"Saat kita merasa siap, rasa gugup itu akan hilang sedikit demi sedikit saat kita sudah mulai berbicara," jelas Tjandra.
Tjandra juga menyarankan agar presenter tidak berdiri menghalangi cahaya yang menerangi slide presentasi. Presenter juga harus memegang pengeras suara dengan benar sehingga suara yang keluar jelas terdengar.
"Tempatkan mic di depan mulut, jangan di samping! Mic itu memperbesar suara dari tengah, bukan dari samping," tegasnya.

Selain itu, mempersiapkan catatan-catatan pendukung berguna untuk memperkecil resiko "blank" saat presentasi berlangsung. Catatan-catatan kecil dalam genggaman tangan bisa membantu untuk mengingatkan ketika mendadak lupa pada materi presentasi karena gugup atau karena konsentrasi terpecah.
Terakhir, jangan gunakan pakaian atau perhiasan berlebihan yang membuat orang lebih fokus melihat penampilan Anda ketimbang materi presentasi Anda. 

Karakter yang Dibutuhkan Untuk Menjadi Model

Kompetisi kecantikan atau ajang pencarian bakat perempuan muda banyak bertebaran. Semakin banyak kesempatan terbuka bagi perempuan muda untuk menjadi sosok ternama atau meraih gelar tertentu sebagai bentuk apreasiasi potensi diri. Ajang tahunan Anggun Mencari Bintang Pantene satu di antaranya. Ajang ini diklaim mampu membekali talenta muda untuk mengenali dirinya lebih mendalam. Pasalnya, perempuan muda mendapatkan mentor yang bersedia berbagi ilmu dan pengalaman, memberikan arahan, dan tentunya motivasi.

Desainer busana dan pebisnis fashion, Musa Widyatmodjo untuk kedua kalinya terlibat menjadi mentor dan juri di ajang pencarian berbakat inisiasi P&G Indonesia ini. Menurut Musa, ajang ini memiliki pendekatan berbeda. Para mentor dari berbagai latar belakang, seperti Helmy Yahya, Chantal Della Concetta mau berbagi secara maksimal kepada bakat muda ini. Musa mengatakan, perempuan muda bertalenta membutuhkan dukungan, tempat berbagi dan arahan serta penilaian yang jujur.

"Para mentor memberikan pendekatan berbeda dengan metode sharing. Peserta ajang pencarian bakat ini juga diberikan arahan. Banyak peserta yang ingin menjadi model misalnya, tetapi tingginya tidak cukup. Padahal untuk menjadi model minimal tinggi 172 cm. Perempuan muda ini harus realistis. Boleh bermimpi tapi harus realistis. Mereka perlu diberikan arahan sehingga bisa mencari altenatif. Mungkin jika tingginya tidak cukup, bisa menjadi model foto tetapi bukan untuk di catwalk. Atau misalnya ada peserta yang punya bakat menari tradisional, ini bisa diarahkan. Pernari tradisional itu langka, dengan fokus pada potensi itu dia bisa keliling dunia, hidup nyaman meski tak bisa menjadi pesinetron seperti yang diinginkannya," jelas Musa kepada Kompas Female di sela kegiatan P&G Beauty & Grooming, Yogyakarta.

Menjadi terkenal itu tidak penting, lanjut Musa. Yang penting dipahami perempuan muda bertalenta adalah mengenal dirinya, juga bakat dan potensinya. Membuat keputusan untuk dirinya sendiri, dan memperjuangkan keinginannya bukan keinginan orangtua atau siapapun. Ia menyontohkan, ada ibu yang menginginkan anaknya terkenal dengan menjadi model. Sebagai anak, memperjuangkan keinginan sendiri, untuk menjadi penari misalnya, bukan berarti membangkang. Namun justru anak tersebut mengenal dirinya, potensinya dan bersikap realistis dengannya.

Menjadi menarik dan cantik itu gampang, namun tidak bisa dijual selamanya, kata Musa. Perempuan muda juga perlu membekali dirinya dengan karakter yang kuat sehingga bisa menjadi bekal untuk menggali potensi diri kapan pun.

Untuk memiliki karakter kuat, setiap individu perlu terlatih menerima penilaian jujur dari orang lain yang lebih pakar di bidangnya. Penilaian jujur inilah yang membentuk kepribadian seseorang lebih matang dan tangguh. Sekaligus ia juga bisa belajar untuk terus meningkatkan kemampuan diri dan mengenali lebih dalam dirinya, dan menjadi lebih realistis dengan mimpinya.

Selanjutnya, Musa berulang kali menegaskan siapa pun perlu fokus menjalani bidang yang dipilihnya, jika ingin sukses. "Fokus dengan apa yang dijalankan, memiliki karakter dan profesional, itu kunci sukses seseorang dalam apa pun bidang yang dipilihnya," tutup Musa.

Sering Gagal Mendapat Klien


"Kurang lebih sudah 1,5 tahun saya bekerja sebagai marketing iklan atau AE (Account Executive). Selama itu pula, saya sudah bekerja di tiga perusahaan yang berbeda. Selama menjalankan profesi ini prestasi kerja saya kurang bagus. Ini terlihat dari seringnya saya gagal dalam mencapai target penjualan. Padahal, sebenarnya saya menikmati pekerjaan ini. Namun, entah mengapa saya sering gagal dalam mencapai "closing" dengan klien. Mohon sarannya agar karier saya di bidang ini bisa maju." (Rere, Jakarta)
Sebagai langkah awal, menurut Donna Turner, praktisi Sumber Daya Manusia di EXPERD, Anda perlu melakukan evaluasi kinerja pada diri Anda.

1. Evaluasi tingkat kedisiplinan
Disiplin yang dimaksud, bagaimana kepatuhan Anda pada sikap dan kebiasaan yang dilakukan secara konsisten untuk mempertahankan kinerja yang baik dan mencapai target kerja. Sudahkah Anda disiplin dalam mencapai target penjualan? Apakah kebiasaan-kebiasaan baik ini sudah Anda lakukan secara konsisten?
Misalnya, tugas AE antara lain meyakinkan klien/prospek mengenai produk dan jasa yang ditawarkan. Untuk dapat meyakinkan klien, dibutuhkan pemahaman produk dan jasa secara lengkap. Sudahkah Anda menuntaskan "PR" untuk memelajarinya, sehingga yakin dengan "jualan" Anda? Apakah Anda mengenali persis apa saja kelebihan dan kelemahan produk Anda dibanding produk lain serupa? Apakah harga yang ditawarkan layak dan kompetitif?
Dengan memelajari aspek ini secara konsisten, Anda dapat mengantisipasi dan memprediksi alasan klien menaruh minat atau keberatan pada tawaran Anda. Dengan begitu, Anda dapat segera mengambil langkah tepat.
Disiplin lain adalah melakukan pemetaan dan identifikasi pada karakteristik prospek/klien. Seberapa jauh Anda sudah mengerjakan PR ini sebelum bertemu klien? Sudahkah Anda mengidentifikasi, kira-kira berapa budget mereka? Hal ini akan membantu Anda dalam menawarkan produk yang kurang lebih setara dengan budget mereka.

2. Evaluasi kemampuan pribadi
Apakah secara kuantitas dan kualitas mendukung untuk mampu menggiring Anda sukses mencapai closing? Sebagai contoh, sudah pernahkah Anda mengikuti pelatihan selling technique? Sudahkah meningkatkan keterampilan ini? Bagaimana kemampuan komunikasi? Apakah Anda pendengar yang baik atau pembicara yang efektif? Sudahkah berlatih mengenal ragam penolakan klien dan menyikapi penolakan itu secara strategis? Keterampilan-keterampilan ini dapat terus dilatih dan dikembangkan. Dengan begitu, kepekaan dan keefektifan Anda memahami dan melakukan selling akan semakin terasah.
Keterampilan lain yang juga mutlak dimiliki AE adalah customer care. Ini merupakan proses pemberian servis secara kompetitif dan bermanfaat pada customer/klien, demi memaksimalkan nilai produk atau jasa yang Anda tawarkan pada mereka. Klien tentu akan merasa senang dengan servis yang baik dari pihak AE. Bukan sekadar penampilan menarik, namun juga sopan santun, dan cekatan.
Hal-hal seperti ini sangat menunjang keberhasilan melakukan closing dengan klien, mengingat tipe dan gaya komunikasi klien juga sangat beragam. Sesuaikan dengan gaya mereka, bila ingin memenangkan hati mereka, dalam koridor profesional tentu.

3. Evaluasi kerja Anda
Ini dapat dilihat seberapa jauh Anda sudah menerapkan perilaku inovatif dan spontan di luar persyaratan tugas formal untuk meningkatkan efektivitas pekerjaan. Kreativitas juga menjadi kunci utama dalam menawarkan iklan, misalnya dalam kasus Anda sudah tidak terlalu efektif lagi bila menawarkan diskon pada klien, maka tidak menutup kemungkinan Anda bisa menawarkan program yang terintegrasi pada klien.
Aktiflah berkonsultasi dan berkomunikasi dengan atasan. Klarifikasi seberapa besar Anda diberi keleluasaan menjaga margin, seberapa besar diskon bisa diberikan, serta bonus bisa dikeluarkan pada klien. Klarifikasi sampai level apa dan seberapa jauh keleluasaan dan kepercayaan diberikan perusahaan kepada Anda. Bina team work dan kolaborasi yang baik dengan tim kreatif di perusahaan untuk mengoptimalkan penjualan Anda.

Mengubah Emosi Menjadi Peluang Promosi

 Emosi tak hanya menjadi sumber masalah. Bahkan emosi, jika dikelola dengan tepat, bisa membawa kesempatan baik, termasuk mendapatkan promosi di pekerjaan. Anne Kreamer, mantan eksekutif Nickelodeon dan penulis buku berjudul It’s Always Personal berpendapat, memahami dan merespons perasaan mampu meningkatkan kinerja. Simak cara mengubah emosi menjadi peluang positif untuk meningkatkan performa kerja.

Perasaan marah
Anda bisa mengelola perasaan marah menjadi energi untuk mencari cara menyelesaikan masalah. Caranya, gunakan strategi. Daripada berkonfrontasi karena konflik dengan rekan kerja, lebih baik mengalihkan emosi untuk membangun kerjasama. Misalnya, jadwalkan pertemuan empat mata untuk menyelesaikan konflik. "Waktu khusus dan ruang privat dalam rapat ini menciptakan kesempatan bagi Anda untuk membangun solusi konstruktif, dan hubungan lebih terjaga karenanya," jelas Kreamer.

Perasaan khawatir dan cemas
Perasaan khawatir dan cemas ada baiknya untuk Anda di dunia kerja. Perasaan ini justru memicu Anda untuk lebih terencana dalam melakukan segala sesuatu dalam pekerjaan. Ketika mengalami perasaan ini, identifikasikan penyebab rasa takut itu, dan ambil aksi nyata. Misalnya, ketika Anda tak yakin memahami tugas baru yang diberikan atasan, khawatir keliru dalam menjalankannya, kenali sumber ketakutan Anda. Mulailah bersikap dengan menanyakan kembali kepada atasan mengenai tugas tersebut secara lebih mendetil lalu buat catatan.

Dengan cara ini Anda akan merasa lebih tenang dan mampu menjalani tugas lebih baik. "Tidak ada atasan yang berkeberatan membantu karyawan yang ingin dan mau belajar hal baru, namun setiap bos tak menyukai jika harus campur tangan pada pekerjaan yang berantakan," jelas Kreamer.

Perasaan senangTak ada yang menyangkal, ketika seseorang bekerja dengan hati senang, hasilnya pun maksimal. Perasaan senang ini perlu dimanfaatkan untuk meningkatkan kreativitas dan produktivitas, bukannya stagnan dalam posisi nyaman.

"Saat Anda mengalami mood positif, otak Anda bekerja lebih baik. Anda lebih fokus, level dopamin di otak meningkat (meningkatkan gairah), dan membantu Anda melihat segala sesuatu lebih kreatif dengan perspektif berbeda," tutur Kreamer.

Perasaan sedih
Perasaan sensitif, sedih bahkan berakhir pada tangisan bisa dimanfaatkan sebagai momen untuk menganalisa diri. Saat merasa sedih karena gagal atau bermasalah dengan pekerjaan, ini bukan petanda kelemahan atau tak bahagia dengan pekerjaan. Menangis karena masalah yang terjadi di kantor juga tak selamanya buruk.

"Ini adalah petanda lampu kuning, sinyal bahwa ada masalah yang harus diselesaikan," kata Kreamer. Saat merasa rapuh, sedih, down, keluarlah dari ruangan, berjalan kaki lah di ruang terbuka. Jika perasaan sedih muncul karena konflik personal dengan rekan kerja, esok hari minta waktu untuk bebicara dengannya. "Menangis di kantor jangan dijadikan sebagai stigma. Terimalah kondisi tersebut sebagai sesuatu yang alamiah," lanjutnya.

Tumbuhkan Budaya Apresiatif pada Karyawan


Pernahkah kita memperhatikan bahwa publikasi di media lebih didominasi berita menakutkan, mengerikan, penuh bencana dibanding dengan hal-hal terpuji yang dilakukan oleh seseorang? Berita penghargaan, keberhasilan, kerja keras tidak terdengar karena dikalahkan oleh berita kecurangan, kelemahan, dan kemalasan. Meskipun kita sendiri sering merasa lelah, kesal, sedih, bahkan marah setelah mendengar hal-hal negatif, namun di sisi lain kita pun tidak secara sengaja menghindari hal-hal yang negatif. Bukankah kita pun menikmati berita daninfotainment yang cenderung menonjolkan kejelekan individu? Di tempat kerja pun sadar tidak sadar kita kerap menyuburkan budaya yang tidak apresiatif, misalnya saja gosip, salah menyalahkan, atau tidak berterus terang.

Kita bisa menilai sendiri seberapa sering kita menyalahkan orang yang sedang tidak hadir di suatu pertemuan bila ada kejadian yang tidak menyenangkan. Bukankah banyak atasan yang hanya melihat kesalahan anak buah, dan hanya berkomunikasi dengan anak buah jika ada yang tidak beres? Di sisi lain, tak jarang atasan menganggap bahwa prestasi bagus anak buah adalah keadaan yang wajar dan sudah semestinya, sehingga tidak perlu dipuji.
Bayangkan suasana kerja bila seorang atasan cenderung mengkomplain kesalahan anak buah sementara lupa memberi komentar ketika seseorang bisa berpikir kreatif pada saat orang lain sudah menghadapi jalan buntu? Pernahkah kita benar-benar memikirkan bahayanya bila sebuah tim atau suatu lingkungan sosial, partai, perusahaan, atau bahkan negara, mempunyai pola pikir pesimis, negatif, dan tidak segar? Bisakah individu berkinerja optimal bila sering merasa tidak berdaya, tertekan, dan terus-menerus memikirkan kekurangan dan kelemahan yang ada? Bagaimana perasaan orang atau lembaga lain yang harus berhubungan dengan komunitas seperti ini?

Kita sendiri sebetulnya bisa merasakan bahwa lingkungan kerja yang menyenangkan dan saling menghargai akan memberi kekuatan, peningkatan produktivitas, laba, dan juga kepuasan karyawan dan pelanggan. Di sebuah kantor, bertegur sapa seakan sudah menjadi aturan tidak tertulis yang dilakukan oleh semua orang di semua level jabatan. Ada juga tempat kerja di mana setiap orang otomatis mengucapkan terimakasih pada kolega yang memberi bantuan, bahkan untuk hal yang kecil sekalipun.
Sikap peduli teman kerja ini tanpa disadari memiliki harga tertentu yang tidak bisa dinilai dengan uang, tetapi justru nyata-nyata meningkatkan bisnis perusahaan. Bila sikap dan tindakan ini dilakukan oleh seseorang secara konsisten, bahkan saat atasan atau pimpinannya tidak ada, maka hal ini bisa dikatakan menjadi budaya di lingkungan tersebut. Saat pimpinan dan atasan sadar akan kekuatan yang ada di balik sikap dan kebiasaan manusia, secara serius menumbuhkan kebiasaan positif dan apresiatif, maka peningkatan produktivitas kerja tentu bukan hal mustahil dicapai.

Bergulir tanpa paksaan
Dalam suatu pelatihan beberapa peserta semula tidak percaya bahwa segala sikap dan perilaku dapat ditumbuhkan dengan apresiasi. Tidak perlu kritik berlebihan atau bicara negatif. Seorang direktur perusahaan yang legendaris dan terkenal mampu membentuk budaya positif di perusahaannya, mengatakan: ”Kita hanya perlu jeli menunggu orang berbuat sesuatu yang bisa dipuji. Orang lain yang hadir otomatis akan mencari perilaku apa yang patut dan bisa diterima oleh atasannya dan berusaha melakukannya”.
Perilaku positif pun kemudian akan bergulir dengan sendirinya. Kita lihat bahwa pimpinan dan atasan memang berperan penting dalam memberi contoh dan menyuburkan budaya positif yang diinginkan. Itu sebabnya atasan perlu sadar kebiasaan apa yang ingin ditumbuhkan. Saat tingkah laku, sikap, dan suasana kerja terjadi secara otomatis tanpa paksaan atau aturan, kita akan bisa melihat budaya organisasi itu sudah merupakan aset lingkungan sosial tersebut.

Di Southwest Airlines, satu-satunya airline yang bertahan pada waktu krisis, manajemen memang secara sengaja mengembangkan kebiasaan menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang apresiatif. Mereka tidak secara berlebihan menganalisa kekurangan, kelemahan, dan kondisi krisis yang menekan, namun dalam rapat-rapat di perusahaan, mereka berfokus pada pertanyaan: “What works, what matters, what adds value, what makes a difference?”
Dengan pendekatan ini, perusahaan memperoleh tambahan energi yang luar biasa. Karyawan menjadi lebih mudah mengombinasikan berbagai kekuatan yang dimiliki. Karyawan pun bisa lebih mudah merealisasikan sikap yang berfokus pada pelanggan, setia kawan dalam membantu rekan, bahkan juga kreativitas untuk menemukan proses bisnis yang lebih efisien.

Memilih untuk menghidupkan semangat

Bayangkan bila seorang atasan membuat pernyataan ini: ”Pekerjaan kita membuat kita berkesempatan untuk memperluas wawasan dan belajar dari yang mengalami kesuksesan”. Bandingkan dengan pimpinan yang berulang kali mengatakan hal ini: ”Persaingan sudah demikian ketat, namun kita masih bisa bertahan”. Pernyataan pertama merangsang naluri kehidupan, sementara pernyataan selanjutnya lebih dekat pada kegagalan dan mematikan semangat.
Kita bisa melihat bahwa cara bicara kita sangat menentukan arah spirit orang di sekitar kita. Tidak pelak lagi, kita memang perlu mengembangkan budaya apresiatif di lingkungan kita. Kita bisa mulai dengan memikirkan perilaku atau situasi apa yang pantas mendapat pujian dan apresiasi. Kita pun perlu bisa menggambarkan poin terpenting dari sikap atau perilaku tersebut dan bagaimana perilaku tersebut menguntungkan perusahaan.
Hal-hal inilah yang kita kemas sehingga bisa berpengaruh di rapat atau di pertemuan lain dan memungkinkan semua orang membayangkan kesuksesan. Kata-kata positif, seperti bangga dan happy perlu diikutsertakan untuk membangkitkan energi. Bila hal ini dilakukan dengan jitu dalam dialog-dialog yang kontinu dan dianggap sebagai suatu entitas yang hidup, budaya akan bersinergi dengan inovasi dan tumbuhnya bisnis. 

5 Profesi yang Berpeluang Keliling Dunia


Sirik dengan teman-teman yang bisa keliling dunia karena profesinya? Memangnya, profesi apa saja sih yang bisa memberi kesempatan pada kita untuk mengunjungi negara-negara lain, selain menjadi pramugari?
Ternyata, ada banyak pilihan profesi yang bisa membawa kita jalan-jalan ke luar negeri, dan dibayar pula. Inilah lima di antaranya.

LSM asing. Tertarik untuk melakukan misi sosial, tak ada salahnya untuk bergabung dengan Non Govermental Organization (NGO). LSM asing yang dipegang langsung oleh lembaga internasional yang telah memiliki kantor cabang dan badan hukum di Indonesia ini memberikan Anda kesempatan untuk menjalankan program yang telah mereka buat untuk beberapa wilayah di Indonesia, di samping memberikan kesempatan untuk bertemu dan merencanakan misi dengan tim dari negara lain di kantor pusat, atau tempat yang telah d tentukan dan biasanya di luar negeri.
Misi sosial yang dijalankan seputar pendidikan, anak-anak, lingkungan, atau kesehatan. NGO tersebut antara lain; WWF (Worldwide Fund for Nature), Ecpat, World Vision International, Save The Children, dan lainnya. Ada juga lembaga bantuan internasional seperti UNICEF, UNESCO, atau ILO. Untuk standar gaji, biasanya mereka menggunakan hitungan dollar. Anda dituntut untuk memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik, di samping kualifikasi lain yang harus dipenuhi. Keliling Indonesia dan pergi ke luar negeri, why not?

Kedutaan besar
. Tak begitu menyukai kegiatan outdoor yang dilakukan para aktivis NGO, namun ingin bergabung dengan lembaga asing? Segera kirimkan lamaran ke kedutaan besar negara tetangga. Anda akan bekerja layaknya pegawai kantoran biasa. Posisi yang ditawarkan pun beragam. Bedanya, informasi lowongan kerja biasanya tak dipublikasikan secara luas. Datang atau menanyakan informasi langsung pada lembaga terkait merupakan langkah tepat.
Satu hal yang menjadi syarat penting ialah calon karyawan dituntut mampu berkomunikasi dengan pemerintah negara terkait, misalnya Pemerintah Amerika bila bekerja di Kedutaan Besar Amerika. Dalam hal ini, kemampuan bahasa Inggris atau pun bahasa asing lain sangat diperlukan, tergantung kebutuhan. Menariknya, karyawan akan mendapat fasilitas untuk berkunjung ke negara tersebut setidaknya satu tahun sekali, gaji pun dalam hitungan dollar. Biar lebih mudah diterima, Anda bisa kok memulainya dengan magang.

Pengajar bahasa asing. Memiliki kemampuan bahasa asing yang oke, manfaatkanlah untuk mengajar. Jadi dosen atau pengajar di lembaga bahasa asing, misalnya. Apalagi bagi Anda lulusan fakultas sastra Mandarin, Inggris, Jerman, dan lainnya. Kesempatan untuk mengikuti ajang pertukaran budaya dengan negara terkait sangatlah mungkin, termasuk mendapat beasiswa.
"Yang menarik dari profesi ini ialah kenal banyak orang dan bisa membantu murid untuk mengerti Bahasa Mandarin. Tak monoton di kantor, jadi sering jalan-jalan, baik ke China atau Taiwan. Saya kan juga mengajar di universitas, jadi sering ada kunjungan dengan dekan atau rektor ke negara-negara itu. Untuk gaji, semakin banyak job semakin banyak pendapatan. Semua kita sendiri yang mengatur, ingin dapat besar, carilah pekerjaan lebih banyak, bisa jadi guru privat dan dosen," demikian menurut Ayu Trihardini, 29, pengajar bahasa Mandarin.

Tour leader. Menggunakan jasa agen wisata bukanlah hal yang asing lagi. Beragam paket dengan harga bersaing membuat jumlah pengguna jasa ini semakin meningkat. Selain harga, agen wisata juga menawarkan kemudahan dan keamanan khususnya selama berada di luar negeri. Selama perjalanan, Anda juga akan ditemani oleh pemandu wisata atau tourguide yang siap memberikan informasi seputar tempat wisata. Eh, asyik juga ya jadi tourguide, bisa jalan-jalan dan dibayar pula. Tertarik?
Selain kemampuan komunikasi yang baik, seorang tourguide juga dituntut memiliki kesabaran tinggi. Sebab, berbagai macam tamu dengan berbagai karakter berbeda harus mampu Anda taklukkan. Anda juga harus siap dengan jam kerja yang tidak biasa, jauh dari jam kantor yang 9 to 5.

Chef. Bila Anda gemar memasak, ada kesempatan untuk mengikuti sekolah koki profesional dan menjadi chef. Biasanya sebuah culinary institute menawarkan berbagai jurusan, seperti patiseri, pariwisata, dan perhotelan.
Tak hanya skill, profesi ini juga membutuhkan passion yang tinggi. Semakin Anda
lihai membuat makanan enak, maka semakin mulus jenjang kariernya. Kesempatan ke luar negeri pun terbuka lebar bila Anda meniti karier di hotel bertaraf internasional atau kedutaan besar.
"Setelah lima tahun menjadi koki, saya menawarkan diri untuk menjadi koki di kedutaan besar Indonesia di Swiss dan diterima. Sangat bersyukur. Tiga tahun setelah itu, akhirnya saya
mencoba peruntungan untuk bekerja di salah satu hotel di sana," ujar Fitri, seorang chef berusia 38 tahun.

4 Cara Melatih Diri Jadi Kreatif


Dalam dunia kerja, kreativitas diartikan sebagai kemampuan mencari solusi atau menciptakan ide-ide inovatif dalam menangani pekerjaan. Dalam proses itu, Anda juga bisa mencoba cara atau sudut pandang yang unik atau berbeda dalam memecahkan masalah. Dengan begitu akan didapatkan solusi yang lebih baik, bahkan sangat baik.

Sifat kreatif dapat muncul jika kita ulet mengasahnya. Sebagian orang sering sekali merasa tidak kreatif. Banyak karyawan, terutama yang berusia di atas 30 tahun, merasa terlambat untuk menjadi kreatif. Namun konsultan karier Andin Andiyasari, MSi, percaya bahwa semua orang bisa kreatif.
"Kreativitas tidak dibatasi usia. Ada orang yang mendapatkan ide dan mengimplementasikannya pada saat ia telah berusia 66 tahun. Salah satu contohnya adalah pendiri restoran cepat saji Kentucky Fried Chicken, Colonel Harland Sanders," jelas Managing Partner CHR Psychometrics Consulting dan Career Coach di Konsultankarir.com ini.

Karyawan kreatif biasanya memiliki sifat tekun, pekerja keras, mandiri (baik dalam berpikir dan bertindak), bisa membuat keputusan sendiri, dan tidak menunggu orang lain mengatakan apa yang harus dilakukannya.

Ia juga tidak terpaku pada prosedur atau sistem yang telah baku dan memiliki dorongan untuk berpikir atau berkarya secara orisinal. Ia hanya puas jika solusi yang didapatnya murni hasil pemikirannya dan memenuhi standar yang ditetapkannya. Ia pun puas jika bisa memberikan ide, pendapat, atau sesuatu yang baru.

Latih dari sekarang
Menurut Andin, tidak ada kata terlambat untuk menjadi kreatif. "Memberanikan diri untuk bertindak dan yakin dengan apa yang Anda ingin lakukan, dapat memunculkan sisi kreatif Anda," jelas Andin. Di bawah ini adalah cara-cara sederhana untuk mengasah kreativitas. Anda bisa mencoba dan memulainya sekarang juga. Semakin sering Anda berlatih, semakin terasah kreativitas Anda.

Observasi. Amati hal-hal yang ada di sekitar Anda dan aplikasikan apa yang Anda pelajari dari situasi itu pada situasi yang Anda hadapi saat ini. Observasi ini bisa dilakukan dengan cara membaca koran, buku, atau majalah, menonton televisi, mendengarkan radio, dan lain-lain. Atau bisa pula belajar dari pengalaman orang di sekitar Anda. Buka mata dan telinga, dan jangan malas mencari informasi baru. Bila terbiasa mempelajari situasi lingkungan sekitar, Anda akan terlatih bila suatu saat menemui hal yang sama.

Modifikasi. Anda bisa memulainya dengan memodifikasi atau mengubah kebiasaan Anda sehari-hari. Misalnya: mengganti rute perjalanan ke kantor. Dengan mencoba jalan lain, mungkin Anda akan menemukan rute yang lebih efisien dan efektif. Atau mengubah kebiasaan memakai jam tangan (semula di lengan kanan berubah ke lengan kiri). Perubahan kecil ini dapat merangsang otak Anda untuk memikirkan cara yang lebih unik.

Eliminasi. Berani melakukan pengurangan fungsi bila ternyata hal tersebut justru menurunkan efektivitas dan efisiensi kerja.

Adaptasi. Menjadi kreatif tidak harus muncul dengan ide-ide orisinal secara murni. Orang yang kreatif seringkali mengadaptasi apa yang telah diterapkan di tempat lain. Contoh Howard Schultz, pendiri warung kopi Starbucks. Ia mengadaptasi kebiasaan orang Italia minum kopi untuk diterapkan di Amerika. Usaha kreatifnya itu ternyata sukses besar. Tidak ada salahnya bila Anda terinspirasi oleh ide orang lain dan mengembangkannya. Tapi hati-hati, jangan terjebak dalam tindakan menjiplak atau plagiat.