Selasa, 20 Mei 2014

Mengatasi Bipolar Disorder

Bipolar disorder adalah penyakit psikologi yang ditandai dengan perubahan mood atau alam perasaan yang sangat ekstrem, berupa depresi dan mania. Penyandang bipolar juga akan menderita perubahan energi dan perilaku yang begitu cepat.

Suasana hati para penderita dapat berganti secara tiba-tiba, antara dua kutub atau bipolar yang berlawanan: kebahagiaan, disebut mania, dan kesedihan atau depresi. Perubahan itu terjadi secara ekstrem.

Menurut dokter kesehatan mental, dr Nurmiati Amir SpKJ, para penderita bipolar sekilas akan terlihat sama dengan orang-orang yang sehat dan normal. Mereka bisa pintar dan memiliki pekerjaan yang sama dengan orang normal. Namun, para penderita bipolar ini mood-nya lebih sering berganti.

Untuk pengobatannya, kata Nurmiati, ada beberapa cara. "Seperti dengan obat, edukasi, psikoterapi, danelectroconvulsive therapy atau ECT," kata Nurmiati di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta, Senin, 25 Februari 2013.

Pasien bipolar disorder yang meminum obat dapat menekan suasana hatinya hingga tak berubah secara drastis. Obat itu, Nurmiati mengatakan, bisa membuat kimia otak penderita kembali normal. "Sehingga emosi yang diatur agar lebih tenang."

Sebagai penyakit, bipolar adalah gangguan yang kompleks. Bahkan, hingga sekarang belum ada solusi sempurna untuk penanganannya. Dengan demikian, diperlukan kerja keras pasien serta dokter untuk menjaga kestabilan mood. "Dengan mengedukasi penderita dan keluarga soal dasar pencetusan perubahan mood, suasana hati yang stabil akan lebih mudah dicapai," ujar Nurmiati.

Edukasi yang diberikan dokter ke pasien bipolar disorder berupa anjuran memperbaiki gaya hidup, di antaranya tidur teratur, mengatasi stresor, dan tidak menggunakan alkohol. Sedangkan psikoterapi berguna agar pasien mengerti cara terbaik berhubungan dengan keluarga, pasangan, serta masyarakat.

Hingga kini, Nurmiati melihat masih banyak tantangan yang dihadapi penderita bipolar agar bisa sembuh. Misalnya, pengetahuan pasien yang minim tentang penyakit ini, ketidakpatuhan pasien pada nasihat dokter, atau adanya penyakit fisik maupun psikiatrik yang menyertai bipolar. "Yang paling besar tantangannya adalah pasien yang malas mengkonsumsi obat," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar