Selasa, 02 April 2013

5 Langkah Atasi Karyawan Sulit


Orang yang sulit atau menjengkelkan itu memang tak menimbulkan masalah jika kita bertemu mereka di jalan atau di supermarket. Namun benar-benar menjadi 'mimpi buruk' ketika kita bekerja sama dengan mereka.

Orang yang sulit itu mudah dikenali: suka datang terlambat, pulang lebih awal, tidak menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, serta punya seribu satu alasan atas kegagalan yang dialaminya. Tapi masih ada lagi. Orang ini suka mempermalukan atasan dan karyawan lainnya, menanyakan hal-hal sepele yang sebenarnya bisa dijawab sendiri, suka mengabaikan detail, mengganggu, dan berulang-ulang membantah Anda maupun rekan kerjanya. Yang lebih buruk, saat berinteraksi dengan konsumen, vendor, atau orang yang posisinya lebih rendah, ia suka cemberut dan bermuka masam, tidak sopan, sombong, tidak informatif, menyesatkan, atau membuat kesalahan yang tidak perlu.

Secara alami, tak seorang pun ingin bekerja sama dengan orang sulit ini. Bekerja sama dengannya sama dengan meminta masalah. Produktivitas jadi turun, frustrasi dan kejengkelan meningkat, konsumen dan vendor merasa kecewa. Terus, bagaimana mengatasinya?

1. Jangan berharap bisa selesai sendiri. Kalau karyawan itu memang mempunyai nilai bagi perusahaan dan punya skill yang tidak dimiliki karyawan lain, ada beberapa cara untuk memperbaikinya. Seringkali, atasannya akan mengabaikan saja perilaku si karyawan, berharap suatu saat perilaku negatif itu akan hilang sendiri. Padahal, mengabaikan situasi ini merupakan kesimpulan yang keliru karena bisa saja problemnya makin berkembang.

2. Tangani sesegera mungkin. Tindakan yang tepat dan sesegera mungkin sangat diperlukan begitu perilaku negatif itu muncul di permukaan. Kadang terjadi, si karyawan bermasalah ini tidak tahu kalau perilakunya itu negatif dan karyawan yang lain sebenarnya jengkel dengan tindakannya. Hal ini karena kebanyakan orang umumnya segan membicarakan perilaku orang lain, dan lebih bersikap "biarin saja deh". Di saat yang sama, sebagian pegawai menganggp sifat yang mengganggu itu sebagai bagian yang biasa dalam pekerjaan.

Sama seperti sang atasan yang 'lepas tangan' dengan membiarkan perilaku buruk ini, pekerja lain juga ingin disukai rekan kerjanya. Karenanya mereka tidak mau berurusan dengan masalah ini. Sehingga pada akhirnya, ini adalah tanggung jawab Anda sebagai pemilik untuk memperbaiki masalah. Anda perlu mengumpulkan informasi dari staf-staf lain untuk mengetahui seberapa luas problem itu dan secara khusus mengamati perilaku si karyawan bermasalah itu saat berinteraksi dengan pelanggan atau penyuplai.

3. Selidiki masalah itu secara pribadi. Setelah dilengkapi dengan data dan contoh yang akurat, maka Anda perlu membawa orang ini ke kantor -jangan bersama karyawan lain- dan secara tenang menjelaskan masalahnya. Untuk memulai, Anda perlu menanyakan kepada pegawai, apakah ia sadar dengan masalah yang terjadi, untuk menentukan apakah memang si pekerja itu sadar atau tidak dengan perilakunya.

Jika si pegawai 'tidak sadar', Anda perlu menjelaskan mana perilaku-perilakunya yang tidak bisa diterima. Si pekerja mungkin saja memotong, membantah, atau tidak setuju. Namun demikian, Anda perlu tetap menjelaskan dengan memberikan contoh yang jelas. Anda juga perlu mengizinkan si karyawan untuk merespon terhadap tuduhan itu. Jika ia menolak tuduhan itu meski telah ada bukti-bukti, maka Anda dapat mengambil kesimpulan bahwa problemnya memang ada.

4. Bantu karyawan itu untuk berubah. Sekali si karyawan mulai mengerti bahwa perilaku negatifnya itu mengganggu rekan-rekan kerjanya, Anda sebaiknya mulai membimbing karyawan itu untuk menunjukkan perilaku yang lebih bisa diterima dan lebih pantas. Si karyawan pun perlu waktu untuk 'mempraktekkan' perilaku baru disarankan, sementara Anda perlu memberikan umpan balik khusus kepada karyawan ini terhadap upaya yang dilakukannya.

5. Jika semuanya gagal, PHK mungkin diperlukan. Jika si karyawan terus menyangkal perilaku buruknya dan menolak untuk memperbaiki situasi, Anda perlu mempertimbangkan untuk mem-PHK-nya. Sebelum mengambil keputusan ini, Anda mesti mengumpulkan data lengkap baik verbal maupun tertulis tentang perilaku itu.

Ikuti peraturan perusahaan, di mana ada waktu bagi si karyawan untuk menjawab perilaku-perilaku yang dipertanyakan. Umumnya sih, karyawan akan memahami perilaku buruknya dan ia sekurangnya berusaha untuk beruibah. Terlebih dengan situasi sekarang ini di mana kondisi ekonomi memburuk, banyak pengangguran, dan sulitnya mencari pekerjaan baru. Tapi jika masa percobaan ini tidak berujung pada perbaikan perilaku, maka si karyawan itu perlu di-PHK.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar