Kamis, 23 Mei 2013

Cara Menghadapi Karyawan yang Tidak Komunikatif ?

Anda pernah menemukan karyawan pendiam? Karyawan yang tidak banyak bicara. Ia seolah berada dalam dunia lain, dunianya sendiri. Fisiknya ada di kantor, tetapi isi kepalanya tampak berada diluar. Bila dalam suasana meeting, ia lebih banyak duduk tidak memperhatikan apa yang terjadi. Ia tampak tidak punya teman dan bahkan tidak peduli dirinya sendiri.

Ada sebuah saran yang bijak, dari sebuah pepatah: banyak kerja banyak bicara. Pepatah ini tampaknya lebih sesuai daripada pepatah sebelumnya: banyak kerja sedikit bicara. Mengapa? Jawabannya, sederhana: bila bekerja sendiri, silahkan banyak kerja dan sedikit bicara. Tetapi dalam dunia pekerjaan dan organisasi, tidak ada seorangpun yang bekerja sendiri, ia bekerja untuk dan bersama team kerja. Maka, sikap diam salah satu karyawan bisa sangat mengganggu kinerja kelompok. Sikap ini mengurangi dinamika dan kelancaran arus informasi. Penyelesaian pekerjaan bisa menjadi terhambat karena tidak adanya pertukaran informasi. Dalam tim kerja mutlak dibutuhkan komunikasi. Harus ada “yang dibicarakan” agar pekerjaan terselesaikan sesuai target.

Tetapi masalahnya, dalam dunia kerja selalu saja ada diketemukan orang dengan tipe pendiam ini. Apa perasaan Anda sebagai Leader bila menemukan karyawan seperti ini? Para Leader barangkali merasa kasihan? Atau muncul perasaan jengkel? Sebelum memutuskan apa bentuk perasaan Anda, coba perhatikan baik-baik. Apakah karyawan itu memang tipe pendiam, dalam arti keseharian dia diluar pekerjaan memang pendiam? Ataukah dia diam ketika dalam dunia kerja? Ataukah diam karena memang itulah salah satu bentuk perlawanannya?

Baiklah, apapun pilihan perasaan Anda, sebagai Leader tidak bisa membiarkan seseorang diam jika sikap diam itu mulai mengganggu kinerja team kerja. Apa yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi tipe karyawan ini?

Jika para Leader mulai mendapati bahwa sikap diam itu mengganggu kinerja kelompok, maka Anda harus melakukan tindakan. Bila Anda mendiamkan hal itu, sama saja dengan Anda mendukung sikap destruktif itu. Dan, bila Anda mulai merasa frustasi karena sikap karyawan itu, maka, cobalah untuk mendengarkan dia.

Bagaimana cara agar bisa membuka mulutnya? Mari kita sharing pengalaman disini dengan beberapa tips berikut ini:

1. Minta Pendapatnya
Jika Anda inginkan dia berbagi pemikiran dengan Anda, pertimbangkan bagaimana cara Anda memintanya untuk mengeluarkan pendapatnya.

Pikirkan sejenak bagaimana cara Anda bicara. Misalnya, mulailah dengan, “Saya perlu idemu untuk membantu saya membuat keputusan...”

Tekankan pada kata ‘idemu’. Hal ini menunjukkan Anda menghargai pendapatnya secara pribadi. Kalimat ini jauh lebih efektif dari pada kata-kata: “Ada ide?” ataukah kalimat “Ada yang kamu mau katakan?” Soalnya, itu kalimat tanya yang hanya butuh jawaban ya atau tidak.

Gunakan selalu kata tanya yang ‘open-ended’, yang memerlukan jawaban deskriptif. Pancing ia agar menjawab dengan kalimat yang bisa dimulai dengan apa, mengapa, bagaimana, kapan dan siapa.

2. Sesuaikan bahasa tubuh
dengan maksud kalimat Pastikan bahasa tubuh Anda sesuai dengan pesan yang akan Anda sampaikan untuk membangun keseriusan Anda. Jika Anda berharap ia bicara terbuka, bentuklah sikap tubuh Anda agar ia merasa lebih nyaman berhadapan dengan Anda. Sikap tubuh Anda turut membentuk situasi yang sesuai dengan kepentingan pembicaraan.

Ingat bahwa orang menilai mimik wajah Anda ketika Anda mengatakan sesuatu, pada saat yang sama ketika mulut Anda berbicara. Bibir yang datar dengan alis terkerut keatas, bukan pertanda pembuka pembicaraan yang nyaman. Dengan tangan bersilang didada juga tidak menunjukkan sikap bersahabat.

Coba Anda perhatikan. Adakah anggota tim kerja yang duduk bersandar seenaknya ketika rapat? Bagaimana perasaan Anda? Bukankah tumbuh rasa tidak dihargai? Sama seperti sikap Anda ketika bicara dengan staff. Mereka juga menilai sikap Anda, bukan sekedar kata-kata Anda.

Wajah yang rileks, tatap mata yang santai, dan sikap tubuh yang santun adalah syarat kondusif untuk dialog.

3. Lebih spesifik : Informasi
apa yang Anda butuhkan? Mengapa? Kapan? Karyawan pendiam model ini biasanya bukan seorang yang dengan senang hati berbagi informasi. Salah satu sebab pendiam, adalah ia tidak yakin dengan dirinya sendiri. Karena itu, ia tidak yakin bahwa apa yang akan dia katakan bermanfaat bagi tim.

Tetapi, apapun yang menyebabkan ia pendiam, sikap itu bertabrakan dengan kepentingan tim work. Maka, para Leader musti menggunakan taktik tertentu untuk membuatnya bicara. Bangkitkan kepercayaan dirinya, dan gunakan pendekatan motivasional seperlunya. Pada saatnya ketika Anda perlu ia bicara, gunakan kalimat-kalimat tanya yang spesifik, misalnya: “Andi, bisakah kamu tuliskan ide kamu mengenai program XYZ kita yang sebentar lagi kita launching?” Jeda beberapa saat dan lanjutkan dengan, “Kita perlu mendengarkan idemu hari Rabu besok pada waktu briefing.” Dua susunan kalimat ini menunjukkan adanya keseriusan Anda untuk memaksa dia bicara.

Bagaimana berkomunikasi dengan orang yang tidak komunikatif, hanyalah salah satu dari banyaknya kasus-kasus yang terjadi dalam tim kerja. Tentu saja, karyawan yang tidak komunikatif dirasakan mengganggu kinerja. Biasanya, HRD yang berpengalaman, sangat jarang merekrut staff yang dinilai tidak komunikatif, karena kekhawatiran adanya kesulitan membangun tim kerja yang kompak.

Tetapi, bagi para Leader yang kebetulan memiliki karyawan tidak komunikatif, sebaiknya jangan cap-mencap orang itu sebagai pemalu, patung atau apapun. Karena, mungkin sedang terjadi sesuatu masalah pada kehidupan dia diluar pekerjaan. Sekiranya Anda masih bisa buat dia bicara, lakukan. Tetapi sekiranya para Leader justru semakin kesulitan, frustasi dan sikap diam itu mulai mengancam kinerja tim, Anda perlu bicarakan dengan HRD atau yang berwenang untuk melakukan terapi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar