Kamis, 23 Mei 2013

PERILAKU-PERILAKU MENGACAUKAN KINERJA TEAM

Sebuah team kerja menghadapi hari terakhir sebelum deadline. Mereka sedang duduk di ruangan rapat untuk progress review meeting. Satu persatu staff menyajikan hasil tugasnya. Akhirnya, sampai pada giliran salah satu staff……… tetapi tidak ada presentasi apapun…karena staff itu tidak datang. Maka, pimpinan memutuskan, bahwa tugas yang mustinya dilakukan oleh staff yang tidak datang itu diambil alih oleh staff lain dan dibantu oleh staf-staf yang lain… ”Ini harus dilakukan sekarang. Saya tunggu hasil kerja Anda, nanti malam….! Besok musti sudah selesai…! Tidak ada alasan apapun yang menunda skedul kita.”

Nyebelin? Ya. Susah mencari bahasa Indonesia yang baik dan benar untuk menggantikan bahasa gaul ini. Mohon maaf sebesar-besarnya. Kata ini dipilih maksudnya untuk menggambarkan sebuah hal yang mengganggu, meskipun tidak terlalu yang memunculkan banyak kerepotan.

Para Leader, membaca sekilas cerita kecil itu, apa yang Anda rasakan? Saya kira Anda merasakan apa yang disebut : “sebel”. Kejadian ini menyebalkan. Mengganggu moral kerja team. Akan menjadi potensi konflik yang menghancurkan moral team kerja. Konflik yang mengarah pada kehancuran team kerja bisa disebabkan karena “perilaku-perilaku nyebelin” dari salah seorang anggota team kerja.

Perilaku apa yang nyebelin? Pada intinya adalah perilaku-perilaku yang bertolak belakang dari idealnya sebuah suasana kerja yang diharapkan oleh team kerja. Perlu Anda ketahui bahwa perilaku nyebelin ini adalah penyakit yang paling mudah menular! Kinerja kelompok yang mustinya bagus, rusak gara-gara munculnya perilaku-perilaku nyebelin.

Dari pengamatan dalam dunia kerja, diketemukan bahwa perilaku nyebelin banyak dipakai sebagai alasan oleh staf-staf yang ‘tidak kompeten’. Mengapa demikian? Perilaku-perilaku nyebelin ini menjadi semacam kompensasi dari ketidakmampuan staf.

Staff menunjukkan perilaku nyebelin ini untuk menutupi ketidakmampuannya!

Artikel ini membantu para Leader untuk mencermati bentuk-bentuk perilaku nyebelin staff agar bisa mengurangi kecenderungan terjadi terus menerus. Dan, satu lagi, kesadaran akan perilaku nyebelin ini mendorong anggota team kerja yang lain untuk menghindari perilaku ini.

1. Perilaku absen karena sakit

Well, ini adalah perilaku yang paling banyak digunakan oleh siapapun di dunia kerja. Tidak heran jika perilaku ini menduduki peringkat alasan nomor satu. Tidak pernah diketemukan seorangpun di dunia kerja yang tidak pernah menggunakan kesempatan ‘sakit’. Maka, banyak perusahaan terpaksa menerapkan peraturan ‘harus menyertakan surat periksa dokter’. Tetapi menjadi masalah lanjutan karena surat dokter itu, gampang dibeli dengan harga sangat murah. Sakit juga dinilai lumrah, karena siapapun orangnya pasti suatu saat akan sakit. Sehingga banyak staff akan menggunakan kelumrahan ini untuk berpura-pura sakit. Tidak peduli sakit pada saat genting: deadline! Pokoknya sakit.

2. Perilaku tidak menghargai waktu

Kadang kala, para Leader mengira bahwa bonus bisa membuat staff bergairah dalam kerja. Ternyata, banyak para Leader yang keliru dalam hal ini. Ia lupa bahwa, staff tidak selalu terdorong oleh iming-iming bonus.

Bonus sangat tidak menarik bagi staff yang tidak perform dan ternyata tidak kompeten dalam pekerjaannya. Lagipula bonus tidak menarik juga bagi staff yang cheat: nyambi kerja di tempat lain sehingga ‘terpaksa’ menomorduakan tugas di tempat Anda!

Contoh perilaku nyebelin yang paling gampang diketemukan: sering datang terlambat, keluar makan siang lebih dari waktu yang wajar atau yang ditentukan, lebih sering terlambat menyerahkan hasil tugasnya, lebih senang memakai computer di kantor untuk chatting atau browsing.

Perilaku nyebelin ini menjadi masalah besar. Mustinya para Leader turun tangan secara langsung untuk memperhatikan pola-pola perilaku yang dimunculkannya. Barangkali Anda perlu mengirimkan staff itu ke pelatihan atau kursus, atau memang harus diganti, sebelum merusak kinerja team yang lebih besar.

“Anda musti teliti dengan pesan tersirat dari perilaku itu” Kata Barry L. Brown, seorang konsultan HRD terkemuka di Florida “Jika staff tampak tidak peduli dengan pekerjaannya, Anda mungkin telah merekrut orang yang salah, dan Anda perlu menghentikan statusnya sebagai karyawan dan menggantikan dia ke posisi lain.”

3. Perilaku sinis dan tidak kooperatif

Perilaku nyebelin juga sering ditunjukkan dengan sikap-sikap sinis atau tidak kooperatif. Misalnya, Anda melihat staff duduk seenaknya ketika Anda datang ke meja dia dan ia tidak segera memperbaiki sikapnya. Perilaku nyebelin ini menunjukkan rendahnya rasa hormat staff kepada pimpinan dan sekaligus tidak hormat kepada organisasi. Yang lebih nyebelin adalah, perilaku mengeluarkan kata-kata sinis. Ia membela diri dengan sinis.

Ia arogan dan merasa tidak ada seorangpun yang boleh menilai kinerjanya dan karena itu tidak ada yang punya kuasa untuk memecatnya!

Perilaku nyebelin yang ini hanya bisa diatasi dengan cara : tegur dengan keras tiga kali dan bila tetap tidak berubah, bebaskan dia dari tugas, kemudian pindahkan ke bagian lain, dan bila tetap tidak berubah, pecat! Selesaikan sebelum menular ke staff lain.

4. Bau badan: bukti perilaku tidak menghargai diri sendiri dan orang lain

Perilaku nyebelin ini mungkin yang paling nyebelin dan susah diatasi. Problem ini sangat individual dan cukup sering terjadi. Ada saja diketemukan staff yang benar-benar tidak peduli dengan kesehatan dirinya. Dia tampil jorok di tempat kerja, bau badan yang menyengat, tidak gosok gigi, matanya merah seakan tidak tidur berhari-hari, kaos kaki bau, atau rambut acak-acakan. Contoh lagi, perilakunya yang tidak peduli pada kebersihan meja kerja dan ruangannya. Gelas kopi dibiarkan berhari-hari…kertas-kertas bekas bertumpuk, potongan makanan sisa, mmmhhh… bukankah ini perilaku yang nyebelin bukan?

Bagaimana Anda akan tegur karyawan yang, maaf, bau badan berlebihan? Mungkin, Anda bisa bilang: “Kamu kok bau banget sih?” Hahaha, jelas itu bukan saran saya. Tetapi, agar staff tidak tersinggung, Anda musti mencari kalimat teguran lain yang tidak mencela.

Susah untuk membantu Anda dalam hal ini. Pilihan kata-kata sangat tergantung pada dimensi emosional Anda, yang saya tidak ketahui. Cara lain untuk tidak perlu konfrontasi langsung adalah minta tolong orang lain yang lebih senior untuk menegurnya. Tetapi, masalah perilaku seperti ini sebaiknya diselesaikan antar pribadi, bukan konfrontasi di meja rapat.

5. Demam Handphone

Menelpon atau SMS pada saat kerja cukup sering mengganggu. Apalagi pada saat meeting. Coba para Leader perhatikan, pada saat meeting, berapa kali harus jeda hanya untuk menunggu salah satu anggota menerima telpon? Atau berapa kali Anda perhatikan, staff lebih sibuk mengetik sms daripada memperhatikan anggota lain sedang mengemukakan pendapatnya?

Memang handphone sudah menjadi bagian yang bermanfaat untuk setiap individu. Tetapi sekaligus membuat penyakit demam handphone yang bisa kronis. Berapa kali dalam sehari Anda menengok HP Anda? Seakan-akan hidup segera kiamat bila dalam satu jam di kerjaan Anda tidak menengok apakah ada SMS, apakah ada miss call?

Perilaku nyebelin ini bisa dikurangi dengan asertif. Matikan HP jika sedang meeting penting. Apresiasi orang lain yang sedang bicara dengan tidak menduakan perhatian untuk HP Anda.

6. Demam internet

Team kerja sangat mudah terpengaruh oleh satu demi satu perilaku nyebelin yang ditunjukkan oleh staff lain. Misalnya, perilaku demam internet, YM dan FB adalah dua hal kronis penyebab rendahnya kinerja team. Memang internet menjadi icon kemajuan tehnologi informasi yang memudahkan organisasi mendapatkan informasi dari seluruh penjuru dunia. Tetapi ini sekaligus berpotensi merusak kinerja team.

Coba Anda perhatikan, perilaku-perilaku baru yang muncul karena tehnologi ini. YM bukan hanya untuk koordinasi pesan yang berhubungan dengan pekerjaan, tetapi juga sekaligus sarana paling murah untuk kangen-kangenan. FaceBook juga membuat staff Anda tergila-gila dan menghabiskan berjam-jam waktu untuk merespon wall dan komentar. Jam demi jam terbuang. Team kerja pelan-pelan kehilangan sense of urgency-nya di kantor. Tidak heran jika di perusahaan-perusahaan besar tidak memperbolehkan sofware ini diinstall di network internal.

Para Leader, sebaiknya mulai waspada dengan potensi rusaknya kinerja team yang diakibatkan perilaku nyebelin ini.

7. Perilaku abai

Perilaku nyebelin yang lain adalah, staff tidak care dengan data-data. Contohnya, para Leader sekali waktu perlu menanyakan kepada staff stockiest secara langsung, berapa stock produk kita bulan ini? Dan staff menjawab, “Saya periksa dulu pak..” Anda menunggu beberapa saat, dan kemudian staff kembali kepada Anda, mengatakan “Maaf pak, data itu tidak saya temukan. Mungkin dibawa si anu atau si ana…”

Well…, mungkin langsung keluar sepasang tanduk panjang di kepala Anda. Bagaimana mungkin staff stockiest tidak tahu data itu atau dipegang oleh siapa? Sangat memalukan bukan? Ini jelas menunjukkan perilaku nyebelin dan membuktikan bahwa staff itu tidak kompeten.

Jika staff itu memang dalam job des sebagai stockiest dan ia tidak care dengan data, maka para Leader sebaiknya mempertimbangkan bahwa staff itu tidak layak bertugas ditempat itu. Tetapi bisa jadi, staff sedang overload dengan tugas lain, atau sedang fokus pada hal lain yang menjadi tugasnya juga, tetapi para Leader tidak boleh mentolerir perilaku abai semacam ini. Musti ada keseimbangan antara peran utama dengan tugas lain.

8. Polusi suara

Well, bukannya bermaksud menyarankan Anda agar situasi kerja mirip seperti rumah sakit, yang hening dan senyap. Tetapi, maksudnya adalah, Anda pasti pernah menemui suara-suara staff Anda yang begitu keras menggelegar. Ia bersuara begitu keras tanpa pedulikan suasana sekitar. Apakah perilaku nyebelin ini mengganggu? Tentu saja. Siapapun yang sedang bekerja pasti merasa terganggu. Soalnya, suara-suara keras itu lebih sering non-sense. Tidak ada artinya bagi pekerjaan. Bahkan lebih sering cheap talking. Biasanya, pemilik suara keras yang tidak peduli lingkungan kerja seperti itu, menunjukkan ketidakmampuan dia. Staff model ini, berusaha mencuri perhatian dari orang lain dengan cara itu. Jelas perilaku ini mengganggu kinerja team.Bagaimana mengatasinya? Silahkan Anda temukan sendiri. Karena disinilah letak seni kepemimpinan.Bila perilaku-perilaku nyebelin itu terus menerus muncul, leader mustinya memindahkan staff itu ke bagian lain atau di ekspor saja ke perusahaan lain. Perilaku-perilaku nyebelin yang berulang-ulang muncul membuktikan bahwa staff itu tidak mampu. Meskipun sebenarnya ia mampu ‘menciptakan alasan’ untuk menghindar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar